Minggu, 25 Januari 2015

Mengapa harus ikut Color Run?


Mungkin kosa kata Color Run sudah bukan bahasa yang asing lagi di telinga kita, dan tentu saja kita sebagai manusia yang penuh dengan rasa penasaran pasti ingin tau bagaimana sih Color Run itu.

Mungkin tak banyak dari kita yang tau tentang sejarah dari Color Run itu sendiri. Baiklah, pada posting kali ini saya akan coba jelaskan sedikit tentang apa itu Color Run dan kenapa kita harus berfikir sebelum mengikutinya.

Pada dasarnya Color Run adalah budaya India yang diadopsi menjadi budaya Amerika. Setiap bulan Maret ribuan umat Hindu, terutama di India, merayakan Festival Holi. Tujuan utamanya adalah menyambut dan merayakan awal musim semi. Umat Hindu berharap perayaan ini akan membawa berkah agar hasil panen baik dan tanah subur. Mereka percaya bahwa musim semi adalah saatnya untuk menikmati berbagai warna yang menggambarkan keceriaan dan pengharapan.

Selain itu, perayaan Holi adalah waktu di mana masyarakat Hindu berdoa bersama pada para dewa untuk memohon kelancaran hidup selama setahun ke depan.  Dipercayai juga bahwa bubuk warna-warni melambangkan penghapusan dosa. 

Nah, sekarang kita sudah pada tau bahwa The Colour  Run merupakan budaya  Hindia yang di adopsi oleh barat yang digagas oleh Travis Snyder yang berasal dari Amerika Serikat, yang pertama kali diadakan pada bulan Januari 2012 di Tempel Arizona. 

Selanjutnya pertama kali diadakan di Asia tepatnya di Singapura dengan jumlah peserta 16 ribu orang, menyusul Indonesia yang dilaksanakan di Senayan tahun 2013. Dan pada hari ini budaya itu telah merambah ke Kabupaten/Kota di Indonesia, termasuk Tanjungbalai yang sasarannya adalah pemuda yang giring masuk keranah hedonis dan evoria.

masuknya budaya barat tersebut merupakan indikator Westernisasi sebagaimana yang dikatakan oleh Samuel, dimana westernisasi adalah proses mengikuti segala bentuk gaya hidup bangsa barat yang pada hari ini tengah mewarnai kehidupan bangsa-bangsa lain termasuk bangsa Indonesia terutama umat muslim, yang telah menjadi boneka yang meniru total peradaban barat yang Liberalisme (Paham kebebasan), implikasinya adalah seks bebas, narkoba dan  pornografi.

Dengan gaun sosialisasi HIV/ AIDS sehingga Pemkot mengeluarkan rekomendasi untuk kegiatan itu. Ini merupakan keputusan yang keliru, tergesa-gesa dan teledor, karena tanpa mengkaji terlebih dahulu rangkaian kegiatan lainnya, dimana kegiatan ini justru akan membawa generasi muda di kota beradat ini pada kehancuran yakni seks bebas yang tidak ada batasnya. Dan kegiatan ini juga akan menimbulkan kesenjangan sosial karena peserta harus meruguh kocek yang menurut saya cukup besar hingga Rp.65000.

lain lagi setelah acara selesai, bubuk warna warni yang bertebaran disepanjang jalan akan terlihat mengotori jalanan dan siapa yang akan membersihkan itu semua?, mereka ( para ibu ibu petugas kebersihan) yang akan merasakan lelahnya membersihkan kotornya jalanan akibat huvoria itu. Kita diajarkan sejak kita masih kecil tentang pentingnya menjaga kebersihan, tapi sekarang budaya itu sudah merobah segalanya. Adakah kita berpikir sampai kesana?


Apa yang paling mendorong kita/anda untuk tertarik mengikuti Color Run itu?. Olah raga kah? atau hanya sekedar untuk berselfie dan berfoseria setelah itu dipamer di sosial media? truss kita bangga telah mengikuti modernisasi jaman?

Sangat mudah memang kita menerima budaya yang masuk dari luar tanpa ada penyaringan terlebih dahulu, kita lupa bahwa kita juga punya budaya yang luhur yang mengajarkan tentang kehidupan yang harus dijaga bersama, tapi kita tidak memikirkan itu, yang kita pikirkan adalah huvoria dan gaya hidup yang glamor. Sadarlah wahai pemuda, budayamu sekarang sudah mulai terkikis dan terasingkan oleh budaya luar. Kita bersama punya tanggung jawab untuk mempertahankannya. Kalau bukan pemudanya siapa yang akan menjaga dan mewariskannya sampai keanak cucu kita nanti.
 
Ini juga da sedikit kutipan dari blog tetangga yang mungkin bisa menjadi masukan bagi kita tentang budaya Color Run ini.

Colour Run sudah menjadi budaya massa dikalangan muda-mudi saat ini. Budaya yang populer dikalangan masyarakat moderen atau yang sering disebut dengan pop culture. Budaya yang senantiasa hadir ditengah pasar massal dan menjadi stereotip yang kurang baik dari para kritikus.

Bukan tanpa sebab, jika menelisik dari konsep budaya massa dengan kegiatan colourrun ada keterkaitan diantara keduanya. Secara sederhana, budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan bagi para elit penguasa. elit yang dimaksud dalam konsep acara tersebut, adalah penyelenggara acara yang notabenenya pengusaha yang meraup keutungan sebesar-besarnya.

Teknik industrial produksi massa dapat dikaitkan dengan pengemasan olahraga lari yang mulai jauh dari makna yang sebenarnya. Peserta umumnya hanya berjalan-jalan kecil, berfoto bersama dan menginteraksikannya melalui media sosial. Maka dengan itu muncul eksistensi hingga pada peningkatan strata sosial.
Masyarakat Indonesia umumnya sangat sulit tuk membentengi diri dengan bersikap cerdas dalam mengikuti setiap tren yang ada. Olehnya, ini menjadi peluang bagi para penguasa unuk mengembangkan tren serupa. Kaum kapitalis sangat mampu untuk menciptakan kondisi ketergantungan antara barang produksi dan budaya. Terlebih dengan terpaan konten media, masyarakat semakin sulit tuk melepaskan diri. Tema dan cara bicara masyarakat sehari-hari ditentukan oleh media.
          Ketika bangun pagi kita menonton televisi, dijalan raya ada koran yang tergenggam di tangan dengan ruang-ruang iklan yang memenuhi pandangan. Belum lagi baliho, spanduk atau apapun namanya yang terpampang jelas di sepanjang jalan raya. Malam hari, waktu untuk mengerjakan tugas diselingi dengan mengakses internet ataupun medengarkan radio. Menggambarkan bahwa negosiasi dan dialektika kebudayaan berlangsung setiap hari.
Seyogyanya, sebagai budaya massa dalam masyarakat moderen saat ini hal yang patut tuk diketahui adalah budaya dine-out, colour run dan berbagai macam lainnya merupakan bagian dari kehendak kapital atupun elit penguasa yang mampu mengatur gagasan dan perasaan masyarakat moderen demi kepentingan penguasa itu sendiri.

Identitas bangsa itu sendiri terus runtuh, mengingat bahwa apa yang menjadi tren saat ini tidaklah lahir dan menjadi tren dari masyarakat itu sendiri. Sebab, budaya populer tersebut lahir dan bertahan karena kehendak para penguasa dengan ideologi kapitalisme (baik para pemilik media, maupun pengusaha barang komoditi). Bukan, budaya rakyat yang muncul karena kehendak rakyat dengan tradisinya, atau kehendak bangsa dengan ideologi kerakyatannya.
Meski ini bukanlah barang baru ditelinga masyarakat, namun realitanya masyarakat tak mampu membentungi diri dari keadaan tersebut. Meski tak dapat dielakkan, namun jika masyarakat dapat lebih bersikap kritis dan cerdas, maka rakyat dengan ideologi kerakyatannya diharapkan dapat menciptakan kebudayaannya sendiri yang lebih berazaskan pada identitas bangsa. Inilah yang diharapkan pada generasi muda yang cerdas.
                                                                             Kutipan : Risky Wulandari
Nah, semoga dengan tulisan pendek ini kita bersama bisa menyaring budaya yang masuk dan menjaga budaya yang ada.
Terimakasih..
 ingattt!! Color Run bukan budaya kita.

24 komentar:

Unknown mengatakan...

makasih gan

Anonim mengatakan...

Anda menanggapi color run terlalu lebay. Biasa aja keles

SM Marpaung mengatakan...

Bukan Lebay mas.. Tapi belajar untuk lebih kritis terhadap pengaruh yang datang dari luar. Tak semua yang masuk kenegeri ini tujuannya bagus.

Unknown mengatakan...

izin share ya

Unknown mengatakan...

Terima kasih atas infonya gay, tp bagaimana dengan saya kalau sudah melakukan pendaftaran.

Anonim mengatakan...

Kebarat-baratan katanya jelek, klo kearab-araban pasti baguskan mas...Apakah mas sudah menjaga budaya Indonesia?? klo belum, mulai dari diri sendiri mas

Unknown mengatakan...

Jangan Anonim dong Mbak sama masnya. Ya memang itu bukan budaya kita. Mau dibilang ngikut jaman biar gak ketinggalan? Orang udah bisa nyiptain benda hebat dengan jaman canggih, situ mana? Ngegunain aja bisanya. Mikir. ngabisin duit. Secara tidak langsung merayakan budaya orang lain.

Anonim mengatakan...

Saya spendapat,kalo budaya itu baik,ga papa kalo ditiru..kalo color run ini,saya tidak mnemukan manfaatnya apa,.ditmpat saya,yg ikut even ini bayar 100rb,cuma dpt kaos,disuruh lari trs bajunya dikotori warna warni..sampah banged,yg ikut jg bego bner!!!

Oh y,diamerika warna pelangi itu simbol melegalkan kaum homo dan lesbi,tu artinya yg ikut color run sama aja mndukung prnikahan sejenis...

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

Yang udah terlanjur ikutan color run, terimalah bahwa sebenarnya maknanya memang seperti itu... tidak memberi manfaat alias mubazir.

Aufal Marom mengatakan...

Postingannya udah bagus. Alangkah baiknya dilengkapi dengan referensi or source melalui link sejarah realnya ataupun books maupun e-books untuk memperkuat pemahaman reader :)

Tulisanummukhaulah@blogspot.com mengatakan...

Iya saya setuju dengan mas shubuh. Terkadang orang2 kita ini terlalu menganggap sepele hal2 yg seperti ini. Nanti kalo negaranya dijajah beneran sama budaya barat baru tahu rasa. Haha

Unknown mengatakan...

Asal sekali2 gak keranjingan dan gak jadi kebiasaan atau malah dianggep ibadah yaudah lah ga papa.... slowwwww..... perkuat akidah dan iman masing2....

ALFI mengatakan...

Postingan yang mencerahkan. Baru seaching setelah ikut-ikutan. Ijin Share link ya. Makasih ^^

Unknown mengatakan...

dripada ngabis2in uang buat acara ga jelas mending galang dana buat org miskin.

SM Marpaung mengatakan...

Hehe
Berdoa sama sama aja lah kita mba. 😊
Smoga masyarakat Indonesia sadar akan model penjajahan yang sekarang ini masuk ke Indonesia

SM Marpaung mengatakan...

Dengan senang hati kanda Rizky Nanda Ramadhon 😊

SM Marpaung mengatakan...

Terima kasih abangda aufal marom atas saran nya😊
Sangat berguna bagi saya.
Maaf juga nih baru dibalas bang.
Soalnya baru aktif kembali di dunia blogger

SM Marpaung mengatakan...

Sama sama mba.
Dengan senang hati 😊
Smoga menambah amal ibadah saya

Galang Nivich mengatakan...

lebih baik menjadi budaya sendiri
saya 1000%cinta budaya jawa tapi saya juga mempelajari budaya negara lain cuma sebatas menambah pengetahuan
ingat kata kata ini:
kalau islam jangan jadi orang arab
kalo hindu jangan jadi orang india
kalau kristen jangan jadi orang barat
kalau konghucu jangan jadi orang cina
cukuplah jadi orang indonesia

Unknown mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Cynthia Vina mengatakan...

cukup lah ikut 1 kali biar ga penasaran, selebihnya klo mau ikut lagi dipikir berulang kali apa dampaknya. saya juga setuju dengan penulis, tetapi tidak ada salahnya jika kita ingin mencobanya...

Unknown mengatakan...

Setau saya color run itu ajang hiburan semata. Jd jangan dianggap ajang olah raga ataupun di anggap kaum hedoisme.. Ada yg bilang ngapain ikut acara color run udah kita yg bayar malah dikotori sm warna warni. Klo bgitu permainan di dufan udh bayar mahal malah kita di buat jantungan dgn permainannya. Berfikirlah sgala sesuatu atraksi ini hanyalah ajang hiburan semata. Bukan ajang gaya"an ikut"an bangsa lain. Ini menurut saya loh. Jd mohon maaf klo ada yg tersinggung

Unknown mengatakan...

Aaamiimnnn